Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember 3, 2017

bab vii

BAB VII 08-12-2017 Ini revolusi seperti rokok yang aku hisap. Rasanya keheningan menembus paru-paru seperti embun yang merayapi tanah. Dapatkah waktu menjawab keresahan-keresahan disetiap rindu yang membawa seluruh omat ke alam bawah sadarnya? Segala yang aku impikan mungkin mampu dijawab oleh paru-paruku yang semakin mengering. Segala jawaban atas keadilan yang banyak dipertanyakan ini mungkin tubuhku yang diempas angin utara mampu memberi alasan kepada mereka. Hei, Kanselir. Sudah waktunya tidur. Mengapa kau keluar tanpa jaket, dan hanya berteman asap kretek asal negaramu? Kau sudah seharusnya berhenti merokok dan tidak tidur larut malam. Kasihan tubuhmu, jangan biarkan embun menggerayangi kesehatanmu. Sultan… setiap individu yang memberi jasmaninya kepada alam, mungkinkah alam akan menyisaksa individu itu? entah mengapa senang sekali rasanya membiarkan tubuh ini terserap embun dipucuk-pucuk daun yang gugur. Bahkan, aku tidak ingin tidur bila sudah jam segini, saat

BAB VI

BAB VI 08-12-2017 Kanselir , kau lihat keagungan arsitektur dari Cavalieri R. Nolli?   Ya.. benar masjid Agung Sultan Omar Ali Saifuddin memang megah tapi apa kau tahu bahwa sang sultan di bantu oleh juru gambar dari pekerjaan umum untuk merancang sendiri rancangan awal masjid itu. Kau harus tahu juga bahwa rancangan masjid ini sangat dipengaruhi gaya arsietktural dinasti Mughal. Masjid ini memang megah tapi hampir semua material pembangunannya didapat dari luar negeri. Lalu di mana letak keindahannya lagi jika semua material di ambil dari luar negeri? Bahkan arsitekturnya meniru-niru. Catatlah pemikiranku kali ini bahwa aku ingin memulai pembangunan pada tanggal 10 november, aku ingin kau membangun negeri ini dengan tema Neo Klasik seperti Fuhrer membangun Jerman. Setiap jalan-jalan kota harus kita bangun patung-patung kuno peninggalan kerajaan kita sebab aku  melihat di setiap kota-kota hanya ada patung dari budaya negara-negara bagian kita dan bangunan patung tersebut

BAB V

BAB V 05-12-2017 Sayang, bangun.. yang bangun ini handpone berdering. Baiklah.. berikan padaku. Hallo? Maaf pagi-pagi sekali harus mengganggu, kanselir.Aku ingin bertemu dengan kanselir untuk membahas evolusiku. Baiklah tepat pukul Sembilan aku menjemputmu. Kita akan membahas hal ini dalam mobil sambil berkeliling kota melihat keadaan jalanan. Baik, kanselir. Aku menunggu. *** Tolong siapkan sarapan segera dan aku ingin segera mandi. Hari ini ada pertemuan dengan Perdana Menteri. Mengapa tidak bertemu di istana? Aku ingin mengajak Ia berjalan-jalan mengelilingi kota. Hal ini harus aku jalani karena aku butuh rileksasi seturun dari pesawat semalam kepalaku berat. Bilang ke Davit, segera siapkan kendaraanku, dan bilang Zion bahwa dia, Sutha, dan Jafar menjagaku dari kejauhan. Mengapa kau hanya menggunakan mereka? Aku tidak mau menggunakan iring-irngan, tidak leluasa. Wong aku ingin melihat suasana kota tanpa sepengetahuan rakyat. Baiklah ini perlengkapanmu

BAB IV

BAB IV 05-12-2017 Sayang, pengembaraan ini masih berlangsung di atas ketinggian. Aku memasuki awan. Awan dingin yang menembus pesawat. Saat ini aku tengah melintas bersama elang. Aku melihat elang-elang itu begitu perkasa tidak takut akan ketinggian. Aku tidak tahu mereka akan mendarat di mana karena dari kursiku aku tidak mampu melihat samudera. Kemarin, pertemuanku dengan Iran mencapai kata sepakat. Sesungguhnya aku tidak pernah bimbang akan pemikiranku. Aku telah melepas semua hasratku kemarin. Aku mengharap sesuatu darimu untuk revolusi. kau pasti mengetehui bagaimana menjadi aku. Menjadi kucing kecil yang kedinginan karena bulan hujan. aku yang bersandar di meja beralas beludru. Kuperhatikan semua mata yang memandangku. Setiap pandangan aku anggap itu salam dari nurani yang mencintai umat manusia karena aku yakin tidak ada keraguan atas cita-cita bangsa yang pasti akan menyejahterakan bangsanya. Apa kau ingin melihat kesejahteraan? Aku yakin kita sejahtera tapi tida

BAB III

BAB III 03-12-2017 Selamat sore Kanselir, selamat datang di Iran negeri yang kaya akan minyak dan negeri Revolusi. Aku menteri dalam negeri Iran mewakili Ayatollah Ali Khamenei menyuruhku sebagai perwakilannya dan rakyat Iran untuk menyambut Kanselir. Presiden Mahmoud Rouhani juga sedang di rawat jadi ia mengutusku untuk menyampaikan maafnya Kanselir. Aku kira istana ini penuh dengan hamparan karpet merah yang menandai semangat revolusi. Ternyata aku salah menilai kalian dan Mahmoud. Bilang kepada Mahmoud Rouhani, jika dia menghargai revolusi temui aku di Ferdowsi Grand. Maaf Kanselirku yang agung pemimpin kami dan presiden kami menyuruhmu tinggal di istana atau di rumah mereka. Mereka tidak memberiku izin untuk meninggalkanmu sendirian. Kanselirku yang agung, ini diluar kehendak kami, tolonglah mengerti keadaan kami. Berapa hari aku menunggu mereka, tidak bisakah kau antar aku bertemu mereka segera? Kedatanganku kemari bukan untuk berlibur apalagi untuk mengecek is