Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November 26, 2017

BAB II

BAB II 02-11-2017 Sayang… kepergianku ke Iran besok untuk membahas beberapa rencana bagaimana Iran mampu bangkit dari keterpurukan ekonomi atas penalti yang diberi PBB. Menurutku, negeri kita pasti akan mendapatkan penalti juga karena dalam jangka panjang insinyur-insinyur kita akan mengembangkan senjata kimia. Langkah ini harus aku tempuh guna menyelamatkan pemuda-pemuda lemah kita saat ini. Sesungguhnya aku membenci kelemahan, sayang. Aku melihat mereka seperti kura-kura dalam akuarium. Aku ingin kau tetap di istana agar semua berjalan lancar karena ini pertemuan rahasia, jika engkau ikut maka napasku akan terendus negeri-negeri tetangga dan kita akan cepat terkena penalti. Aku telah memprediksi bahwa kita akan mendapat penalti tapi jika kita mendapatkannya terlalu cepat maka revolusi ini pun berakhir mengecewakan. Kau tahu, aku memang membenci hal seperti ini tapi ini harus kulakukan guna mendapat sebuah jawaban atas kelangsungan hidup yang aku analisis jauh sebel

Bab 1

BAB 1 02-12-2017  Selamat malam Perdana Menteri Bagus Setya Nugraha, Mari… bapak di tunggu Kanselir di ruang pribadi. Apa Kanselir sudah menyiapkan kopi? Kanselir telah meyiapkan anggur, pak. Baiklah antar aku ke sana. Selamat malam, Kanselir? Apakah ada yang darurat hingga kau mengutusku untuk segera menemuimu, padahal ini sedang hari liburku dan semalam aku masih di Pasuruan untuk menghalau pemberontak-pemberontak berkain sutra itu memasuki perbatasan. Duduklah, dan mari bersulang. “Kanselir berbicara dengan santai”. Aku tidak minum anggur. David…  iya pak. Buatkan Perdana Menteri kopi tidak pakai gula. Siap. Perdana Menteri Bagus Setya Nugraha, apa kau telah menganalisis media sosial? Aku telah mengamati dari dua minggu lalu tentang status-status dan foto-foto manusia berusia delapan belas tahun hingga tiga puluh lima tahun. Kebanyakan dari mereka hanya mengexplore kemampuannya mengeluh dan memosting foto mereka di tempat-tempat yang mempesona. Aku tidak melih