BAB
1
02-12-2017
Selamat
malam Perdana Menteri Bagus Setya Nugraha, Mari… bapak di tunggu Kanselir di
ruang pribadi. Apa Kanselir sudah
menyiapkan kopi? Kanselir telah meyiapkan anggur, pak. Baiklah antar aku ke sana.
Selamat
malam, Kanselir? Apakah ada yang darurat hingga kau mengutusku untuk segera
menemuimu, padahal ini sedang hari liburku dan semalam aku masih di Pasuruan
untuk menghalau pemberontak-pemberontak berkain sutra itu memasuki perbatasan.
Duduklah,
dan mari bersulang. “Kanselir berbicara dengan santai”. Aku tidak minum anggur.
David… iya pak. Buatkan
Perdana Menteri kopi tidak pakai gula. Siap.
Perdana
Menteri Bagus Setya Nugraha, apa kau telah menganalisis media sosial? Aku telah
mengamati dari dua minggu lalu tentang status-status dan foto-foto manusia
berusia delapan belas tahun hingga tiga puluh lima tahun.
Kebanyakan
dari mereka hanya mengexplore kemampuannya mengeluh dan memosting foto mereka
di tempat-tempat yang mempesona. Aku tidak melihat sedikitpun keliaran di
kepala mereka bahkan mata mereka begitu lembut, jika terus seperti ini mereka
akan menangis menghadapi badai pasir yang akan menenggelamkan negeri ini.
Permisi
Kanselir, ini kopi Perdana Menteri, apakah ada lagi yang ingin saya buatkan? Tidak,
kau boleh tidur sekarang tapi sebelum kau tidur tolong bilang ke Zion bahwa
saya menyuruhnya segera hubungi Laksamana Gurindam bahwa Laksamana saya tunggu
di Istana malam ini, segera.Baik panglima “jawab David”.
Saya telah mengamati beberapa media
sosial sudah sejak setahun terakhir, Panglima. Apa yang mereka nyatakan di sana
adalah hal yang wajar dan biasa. Mereka juga memiliki nurani untuk berexpressi,
lalu apa yang Panglima inginkan dari pertemuan ini hingga harus mengundang
Laksamana?
Berbahaya.
Mereka akan mati kelaparan jika hal ini berlangsung dalam jangka waktu panjang.
Hampir tidak pernah aku melihat mereka bangga dan lantang menuliskan cita-cita
mereka dalam status mereka. Aku melihat mereka seperti ulat bulu ketika siang.
Tok…tok..tok
“David datang”. Maaf Kanselir, Laksamana sedang ke luar negeri menghadiri
pertemuan Internasional dengan CIA. Laksamana berpesan bahwa dia akan menemui
Panglima dua hari lagi karena masih banyak yang harus ia pelajari dari sistem
keamnanan Database Israel.
Baiklah,
kau boleh tidur. “Kata Kanselir kepada David.”
Panglima… apa hubungannya CIA
dengan keamanan laut kita, mengapa Laksamana harus memelajari keamanan Database
dengan CIA, Apakah kita akan bekerjasama dengan mereka?
Biarkan
saja keliaran Laksamana Gurindam beraksi karena jika aku menekannya dia akan
hilang kelincahan dan ini akan berdampak negatif terhadap serangan perang kita
nanti.
Bagaimana nanti jika dia terhasut
bujuk rayu mereka?
Aku
memiliki Algojo dan mata-mata dan kau mengetahui hal ini, mengapa harus
khawatir?
Panglima, Keamanan Database Israel
yang telah meretas banyak informasi dalam negeri kita dan Israel bersekutu
dengan CIA.
Jika
memang ini suatu kesalahan ataupun penghianatan maka Gurindam hanyalah tumbal
dari Revolusi. Setiap Revolusi memiliki darah, setiap itu Revolusi liar. Aku
telah menyiapkan Revolusi ini jauh sebelum kita bertemu dan aku memercayaimu sebagai
Perdana Menteri.
Sekarang
aku Kanselir dan kau Perdana Menteri. Laksamana Gurindam hanya seorang meski ia
memiliki banyak Prajurit tapi ia tidak mampu mengalahkan jumlah Rakyat yang mencintai
kita dan mencintai Ibu Pertiwi.
Aku
membawamu ke sini ingin mendiskusikan tentang pemuda-pemuda yang lemah dan
tidak lagi memiliki mimpi. Saat ini. Di era globalisasi ini. Utusan-utusan
musuh berhasil menghasut mereka melalui teknologi.
Lihatlah
para pemuda kita lebih suka memamerkan foto menggunakan pakaian mewah, mobil
mewah, rumah mewah dibandingkan menggunakan tubuhnya sendiri untuk menghalau
musuh yang memasuki lautan kita.
Teknologi
saat ini menjadikan pemuda-pemuda kita musuh kita sendiri. Musuh negeri ini.
Mereka hanyalah semut yang takut pada gajah. Bukankah semut yang bisa
mengalahkan gajah? Lalu apa yang kita harapkan pada semut yang takut pada
gajah?
Lalu apa rencanamu?
Besok
aku ada pertemuan dengan Penguasa Iran. Dan kau aku perintahkan tetap berjaga di
dalam negeri walaupun kau sedang berlibur tapi selama aku di Iran jatah cuti
kau aku cabut karena satu-satunya orang yang aku percayai saat ini hanya kau.
Kau
aku perintahkan terus pantau Media Sosial.
Baik, Kanselir.
Komentar
Posting Komentar