Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari 19, 2020

Puisi Muhammad Alfariezie

Jika Kami Tragedi sembilan delapan  jelas terbayang. Korban 40.000 jiwa makassar pun iya. Semua bukan tanpa sebab, Segala itu tidak karena rakyat yang brutal atau keradikalan pimpinan pergerakan. Ketika hujan, jemuran pasti diangkat-- begitu pun dari setiap peristiwa pemberontakan. Seperti misalnya PKI dan TNI; darah, nyawa, air mata dan kehormatan merupakan hal wajar sebagai upaya kemerdekaan. Tempat tinggalku ini sangat subur. Sungai-sungai mengalir dan laut terbentang dari sabang sampai merauke. Tapi maruk sudah menguasai. Saat kemarau aku hanya menangis. Kemudian ketika hujan yang dapat kulakukan justru memohon. Sementara yang menumpang= asyikan-asyikan di apartemen mewah. Sambil menenggak bir barangkali mereka tertawakan ibuku yang baru sekali masuk tivi. Sungguh, padahal tiap malam mereka hamburkan uang di diskotik. Mereka lemparkan gelas kemudian pecahannya, sabir-- kawanku memungut. Jika kami meminta hak kami nanti, dan bila kami berdiri di depanmu,  dan andai hari itu ka

Puisi Muhammad Alfariezie

Hilang Jati Diri Agresi militer belanda berhasil kita bunuh, perundingan-perundingan pernah sangat menguntungkan negara ini. Dari bumi yang hangus kita berhasil merebut kembali ekonomi. Lalu, dihantam badai dan diledek api kita bertahan. Negara ini memiliki benteng pertahanan yang sangat kokoh. Negara ini punya sistem keamanan yang selalu diperbaharui. Negara ini punya jutaan pegawai yang setia dan berani, dan negara ini punya ribuan rakyat yang siap mati demi NKRI. Tapi bajunya lusuh dan kumuh;  oh sungguh wajah pemuda si pencari jatah di antara tiga lampu. Selendangnya kuyu dan jilbabnya sungguh kuterharu betapa perih barangkali batin itu ibu. Padahal golkar hingga PDI telah menduduki kasta tertinggi.  Anak-anak kecil masih saja bermain di pisau mentari, mereka sering berkejaran di dinginnya hari. Benci mungkin bersarang di benaknya, atau barangkali sebuah doktrin telah menjadi sarapan paginya, tapi bisa juga ini berlangsung karena keperdulian sebatas rongsokan. Kutak mau ini n