Langsung ke konten utama
Foto pada Pernikahan Atang

Sesal 
____________________


Andai kita bersama tentu bunga perasaan dan ranjang rindu ruang nan wangi tidak seperti sekarang yaitu  menjadi penyesalam terdalam.  Tapi bukan hanyaku yang menyesal. Saat ini kau pun hilang senang.

Wajahmu tak secemerlang bulan yang jatuh cinta. Senyummu kini hanya menjadi gigi ibu yang mengocehi pikirannya sendiri, tepat di pinggir trotoar. Aku yakin kamu tidak sama sekali menikmati malam indah yang berirama. Di hadapan cermin, kamu hanya menjadi bungkusan sisa nasi padang.

Sayangku, cinta uang takan pernah meraih kedalaman rindu. Cinta uang hanya akan mengotori pikiranmu. Lain halnya dulu saat kau menggenggam cinta untukku. Waktu itu kamu selalu menikmati rindu, meski di ranjang yang sedikit berdebu.

Andai sekarang kau memelukku dan aku  memelukmu, tentu kenangan kita seperti kasih dan sayang sore hari yang menyejukkan burung-burung dan rimbunnya dedaun. Demikianlah seharusnya peritiwa paling puitik itu.

2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dampak Keluarga Besar Flu

Dampak Keluarga Besar Flu Hari ini di kota kita tercinta yang bernama bandar lampung— masih saja dihantui wabah virus yang berasal dari kota wuhan, hubei, tiongkok. Kelompok virus ini dapat menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia termasuk manusia. Jika kalian belum mengenal ciri-cirinya— ada beberapa perbedaan pada hewan dan manusia. Contoh pada sapi dan babi ialah menyebabkan diara sedangkan pada unggas yaitu infeksi saluran pernapasan atas. Sedangkan pada manusia yakni berpotensi mengganggu sistem pernapasan sehingga timbul gejala pilek, batuk, demam, hingga kematian.   Tapi tahukah kalian minak muakhi seunyinni— Coronaviridae dan ordo Nidovirales ini telah memberi dampak negatif yang luar biasa. Hal ini dikarenakan tidak sekedar kesehatan tapi juga ekonomi.   Mulai dari pedagang makanan, pekerja seni hingga penyedia jasa pun merakan betul bagaimana magis nafas buruk dari kehadirannya. Lantas— Bagaimanakah kesaksian dari salah satu korban dari keganasan serangan

Puisi Muhammad Alfariezie

Kabar Buruk Angin Tenggara Jernih air sungai mengalir bagai ayun hijau muda dedaun, Seperti pucuk embun merah kekuning-kuningan Ikan-ikan riang berenang, buah-buah tumbuh di sisi-- sementara udin Ribuan duri menusuk-menusuk ususnya Sejak kolonial memerintah, hingga revolusi sampai reformasi, lalu Di era seribu lima ratus enam puluh sarjana hadir tiap tahun Tekhnologi serupa kaligrafi di marmer tuan li jai, dan Politik bagai batu kali sebagai roda penggerak kendaraan 2020

Puisi Muhammad Alfariezie

Bersamamu Seperti metafor yang membuat puisi senantiasa bagaikan dewa, kekasihku Ketika kau tulis rindu di dasar perasaanku             Burung-burung merdu bersahutan,              Dedaun berayun, dan embun              Merah kekuning-kuningan bagai nurani bayi berselimut mega, juitaku Jika kuhitung, maka Temanku lebih dari lima ribu enam ratus tujuh puluh sembilan, tapi Jika di antara mereka, sungguh aku Tidak seramai dan sebahagia ketika berdua denganmu 2020