Langsung ke konten utama

Hula-hula di Bumi Kedaton


Penari Diva Be Dancer memainkan Hula-hula di area Kolam Renang Wahana Bermain Bumi Kedaton. Kredit Foto By Muhammad Alfariezie.



Hula-hula di Bumi Kedaton 

BANDARLAMPUNG, LN— Mulai dari ibu, bapak, remaja hingga anak berusia 7-10 tahun berhenti berenang di Wahana Bermain Bumi Kedaton yang terletak di Jalan Wan Abdul Rahman, Batu Putu, Teluk Betung Utara, Kamis 24 September 2020. Kolam renang Wahana Bermain Bumi Kedaton ketiban rezeki. 

Wahana rekreasi keluarga itu menjadi tempat pertama Diva Be Dancer menampilkan Seni Budaya Kreasi, yakni Tari Hula-hula. Nanti, Seni dan Budaya percampuran Indonesia dan Amerika itu akan dipagelarkan pada event-event berlatar pantai yang memiliki hamparan pasir putih nan luas. 


Seperti Bayi Mentari di Tangkai Mungil 


Penampilan Diva Be Dancer seperti bayi mentari yang bermain di ujung daun tangkai-tangkai mungil. Lentik jari-jemari penari seirama dengan lagu 'Sway yang dialunkan The Pussicats Dolls.'

Geraknya gemulai. Wajahnya ramah dan sopan. Tapi, sexy seperti Agnes Mo, Mulan Jameela atau Luna Maya. Namun, penampilan penari-penari Diva Be Dancer tak kalah memukau. Kostum modifikasi bulu-bulu merah, biru, ungu, hijau dan jingga berpadu dengan pernak-pernik nan menyala bak mejikuhibiniu pada sore usai hujan. 

 “Saya ingin mengenalkan seni dan budaya modern ini kepada khalayak ramai, terutama generasi millenial sebelum kami (Diva Be Dancer) tampil di event-event resmi atau karnaval. Saya tidak mau nanti masyarakat kaget melihat kehadiran kami yang terlalu mendadak,” ujar Izul, Koreografer Diva Be Dancer, yang pengalamannya tak diragukan karena pernah menjadi koreografer Via Vallen dalam lagu Selow.

Menurut Izul, Lampung cocok banget untuk tarian Hula-hula. Letak geografis Lampung yang dikelilingi daerah pesisir memungkinkan untuk menggelar acara bertema semarak seperti tarian Hula-hula. Tarian ini melambangkan kegembiraan. Cocok bukan? Orang-orang yang datang ke pantai memang bertujuan untuk bersenang-senang setelah lelah dan penat sebab rutinitas pekerjaan dan rumah tangganya. Tapi, akan mubazir jika mereka ke pantai hanya berenang atau sekadar bermain pasir saja. Lebih baik bergembira bersama mengikuti irama dan gerakan Hula-Hula yang dimainkan oleh lima penari. 


Izul Suka yang Energik


Para Penari yang ditampilkan Izul masih berusia 21 tahun. Penarinya ada lima. Namanya Ratu, Vania, Anggun Aqila dan Okta. 

“Iya dong, kita kan harus meregenerasi para penari. Saya pribadi ingin memberi kesempatan kepada yang muda-muda untuk mengexplore kemampuannya. Selain itu, mereka masih energik. Porsi latihan kita kan tidak bisa sehari dua hari. Porsi latihan kita padat. Jadi, saya perlu penari yang memiliki stamina dan pikirannya fresh  sehingga waktu berlatih kami effisien,” katanya.


Hula-hula


Tarian hula-hula adalah kesenian yang berasal dari kepulauan Hawai. Tarian ini selalu diiringi lagu-lagu bernada gembira. Tujuannya tentu saja untuk menghibur dan mengajak orang-orang lebih santai dalam menyikapi hidup. Latar pantai pertunjukkan hula-hula adalah faktor utama kesenian ini memiliki tema nan riang. Penari-penari hula-hula menggerakkan jari-jemari mereka nan lentik sembari mengayunkan kaki ke depan, belakang, kiri dan kanan di hamparan pasir putih nan halus dan luas. Yang membuat tarian ini lebih menarik tentu saja iringan desir dan lambaian nyiur serta deru ombak yang menyentuh-nyentuh eksotisnya bibir laut. 

Tarian Hula-hula tidak sekadar ditampilkan dalam suasana santai atau suasana riang gembira. Tarian Hawaiian ini sering dipertunjukkan untuk ritual agama. Meski dilakukan secara santai dan riang gembira, tapi sedikit kesalahan akan berakibat tidak sah disebut Hula-hula. 

Tarian ini memerlukan konsentrasi dan spirit. Para penari harus fokus meski dituntut menampilkan kegembiraan. 

Tarian Hula-hula adalah kesenian olah tubuh yang menceritakan syair atau lirik dari satu lagu. Koreografer dituntut cerdas berimajinasi untuk menyusun rangkaian gerak para penari mengikuti alunan. Khusus tarian Hula-hula yang Diva Be Dancer tampilkan, menggunakan iringan musik 'Sway The Pussicats Dolls.'

Dapat dikatakan, hula-hula yang Izul tampilkan bergenre modern. Kalau iringan musik hula tradisional menggunakan alat Ipu (genderang dari labu air), Ipu heke (genderang ipu ganda), Pahu (genderang dari batang pohon kelapa dan kulit ikan hiu), Pūniu (genderang kecil dari tempurung kelapa berlapis kulit ikan), ʻIliʻili (batu lava yang dipakai seperti kastanet), ʻUlīʻulī (kericikan dengan hiasan bulu-bulu), Pūʻili (perkusi batang bambu), hingga Kālaʻau (perkusi untuk ritme). 

Kostum penari wanita Hula-hula mengenakan sejenis rok berumbai-rumbai yang warnanya agak menyala. Rok itu disebut pāʻū . Tapi, Seiring perkembangan zaman, maka terjadi perubahan. 

pāʻū  bisa lebih panjang dari kain tapa (kain dari kulit kayu). Dulu,  kain tersebut hanya cukup melingkari bagian pinggang. Tapi, karena pertimbangan budaya di tiap daerah, maka dibuatlah suatu genre hula-hula modern yang pakaiannya bisa menutupi bagian paha. 

Penari hula-hula juga memakai banyak sekali hiasan. Mulai dari kalung, gelang, gelang kaki, serta sebanyak mungkin lei (lei untuk kepala, kalung, gelang, dan gelang kaki).



Penari Diva Be Dancer riang gembira menampilkan seni pengantar pengantin. Kredit Foto By Muhammad Alfariezie


Penyegaran Masyarakat


Selain Hula-hula, Izul menampilkan tari Bridale. Tarian ini sengaja Izul tampilkan di area Wahana wisata agar mendapat apresiasi masyarakat. Izul menawarkan sesuatu yang baru untuk acara pesta pernikahan. Selama ini, acara pesta pernikahan di Lampung masih menggunakan tari tradisi untuk mengiring pengantin. Padahal, banyak tarian dari budaya luar yang bisa diadopsi untuk mengiringi pengantin.

Masyarakat pun antusias menyaksikan tarian hula-hula hingga bridale. Mereka terkesan seperti baru pertama kali melihat seni dan budaya yang ditampilkan Diva Be Dancer. Menurut salah seorang pengunjung, seni dan budaya yang diadopsi dari budaya luar ini akan menjadi suatu penyegaran bagi kesenian di Lampung. 

"Ini pengalaman pertama saya. Tarian yang menggunakan mahkota berbulu dan berwarna-warni jarang ada di Bandarlampung. Menurut saya, ini sesuatu yang wajib diapresiasi masyarakat mau pun pemerintah Provinsi Lampung," ujar Nopri (49), warga Teluk Betung Utara. 

Pengunjung berusia millenial pun menaggapi tarian yang ditampilkan Diva Be Dancer. Mereka tertarik untuk selalu menyaksikan tarian ini. Apalagi jika penarinya seusia dengan mereka. Mereka senang melihat lentik jemari yang berayun bagai daun mungil hijau muda yang disentuh angin. Mereka senang melihat kostum warna-warni yang menyala serta mereka takjub menyaksikan tarian berkostum putih ala pendamping pangeran  dan ratu dari kalangan bangsawan. 

"Penampilan dan kostumnya asyik banget. Cocok untuk generasi millenial. Selama ini, saya hanya melihat tari tradisi dan modern dance. Baru ini saya melihat langsung tarian khas Amerika,” ujar Wulan, pengunjung berusia 16 tahun. 

 “Harapan saya, semoga seni dan budaya baru ini senantiasa ditampilkan di tempat-tempat umum atau di pesta-pesta pernikahan maupun festival yang berlatar pantai atau yang memiliki suasana modern," tambahnya.

Muhammad Alfariezie, S.Kom

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dampak Keluarga Besar Flu

Dampak Keluarga Besar Flu Hari ini di kota kita tercinta yang bernama bandar lampung— masih saja dihantui wabah virus yang berasal dari kota wuhan, hubei, tiongkok. Kelompok virus ini dapat menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia termasuk manusia. Jika kalian belum mengenal ciri-cirinya— ada beberapa perbedaan pada hewan dan manusia. Contoh pada sapi dan babi ialah menyebabkan diara sedangkan pada unggas yaitu infeksi saluran pernapasan atas. Sedangkan pada manusia yakni berpotensi mengganggu sistem pernapasan sehingga timbul gejala pilek, batuk, demam, hingga kematian.   Tapi tahukah kalian minak muakhi seunyinni— Coronaviridae dan ordo Nidovirales ini telah memberi dampak negatif yang luar biasa. Hal ini dikarenakan tidak sekedar kesehatan tapi juga ekonomi.   Mulai dari pedagang makanan, pekerja seni hingga penyedia jasa pun merakan betul bagaimana magis nafas buruk dari kehadirannya. Lantas— Bagaimanakah kesaksian dari salah satu korban dari keganasan serangan

Puisi Muhammad Alfariezie

Kabar Buruk Angin Tenggara Jernih air sungai mengalir bagai ayun hijau muda dedaun, Seperti pucuk embun merah kekuning-kuningan Ikan-ikan riang berenang, buah-buah tumbuh di sisi-- sementara udin Ribuan duri menusuk-menusuk ususnya Sejak kolonial memerintah, hingga revolusi sampai reformasi, lalu Di era seribu lima ratus enam puluh sarjana hadir tiap tahun Tekhnologi serupa kaligrafi di marmer tuan li jai, dan Politik bagai batu kali sebagai roda penggerak kendaraan 2020

Puisi Muhammad Alfariezie

Bersamamu Seperti metafor yang membuat puisi senantiasa bagaikan dewa, kekasihku Ketika kau tulis rindu di dasar perasaanku             Burung-burung merdu bersahutan,              Dedaun berayun, dan embun              Merah kekuning-kuningan bagai nurani bayi berselimut mega, juitaku Jika kuhitung, maka Temanku lebih dari lima ribu enam ratus tujuh puluh sembilan, tapi Jika di antara mereka, sungguh aku Tidak seramai dan sebahagia ketika berdua denganmu 2020