Saat
Kulihat Mentari Gontai Mengisi Hari
Ketika matahari tiba dari ufuk timur bunga-bunga
menampakkan keelokannya, dan
Sebagian pintu menampakkan warna emas dan perak, tapi ada
juga jendela
Begitu hitam dan mengembangkan duri-duri
Seperti cubiyaki si penyair tampan yang bingung karena
malam gurindam terbang ke benua
kelam—di sini aku
Ingin membakar cerita ruang
kelam, tapi jika itu terjadi
Aku pasti mati atau berakhir di
ruang sunyi—lalu
Ingin kupetik tangkai-tangkai
berkilau kemudian meletakkannya di meja rumah
Yang
pintunya berwarna, namun
Aku takut kalau-kalau sang
pemiliki menjerit dan melemparkan sesuatu ke wajahku
Belum sempat pergi tiba-tiba
dari awan yang mejikuhibiniu datang seseorang
Wajahnya tampan, dan pakaiannya
seperti bangsawan eropa
Kemudian ia bercerita tentang
gubuk-gubuk, laut dan gunung, hingga
Mengajakku untuk ikutnya ke
lamban gedung berhias marmer dan kaligrafi
Di dalam sana
Kureguk segala nan manisnya
seimbang serta kunikmati buah-buah nan segar, kekasihku
Andai tak kupikirkan segala
prasangka dan semua rasa pada sanubari ini, lalu
Jika tak juga kusapa lelaki yang
baru kenal tadi dan andai
Aku hanya memimpikan segala yang
kubenci dan kumau—barangkali
Aku hanya berjalan tanpa arah
yang pasti,
ke jurang paling seram,
ke pelosok tanpa sosok,
Aku pasti sendiri dan bertepi
di sela bebulu bumi
2020
Komentar
Posting Komentar