Langsung ke konten utama

Prosa Muhammad Alfariezie





Esai Muhammad Alfariezie
________________________________________





Sesuatu yang Tak Bermanfaat

Tadi malam aku bermimpi makan nasi padang lima bungkus. Itu mimpi yang tidak mengenakkan  karena mimpi itu, tidurku terganggu. Jam satu malam aku terbangun dan tak bisa lagi untuk tidur. Yang makin tidak mengasyikan adalah saat terbangun itu— bayang-bayang sosok berambut panjang, wajah hitam dan selalu merunduk seperti ada di belakangku. Dalam hatiku selalu berdoa agar ini hanya sebatas ilusi.

Hujan yang tak berkesudahan, jangkrik yang menakutkan dan listrik yang padam. Hatiku tergugah dalam ketakutan. Tubuhku mengucurkan keringat dingin. Kuraba keningku dan butiran sebiji jagung kurasakan. Sesekali aku menoleh ke belakang. Perlahan kuajak kepala menengok ke kanan, tapi ketika hitungan ke tiga segera kupejamkan mata dan meringkuk dalam selimut. Wajah di dalam bantal, sambil memeluk guling aku berdoa sejadi-jadinya.

Hatiku berkata, ini diri adalah Montana. Jika aku mati karena sesuatu ganjalan yang tak sekalipun bermanfaat maka lebih baik tak usah lagi ada yang memanggil kuMontana. Kulafadskan mantra suci kesatria. Tiba-tiba listrik menyala, suara ac nyaring kembali, rasa nyaman kurasakan lagi. Aku ke kamar mandi dan menyeduh kopi kemudian becermin. Wajah yang tampan, diri yang perkasa, kusebut-sebut nama tuk melenyapkan sesuatu yang tak bermanfaat. 


Kemudian, saat-saat sadarku ujungnya kumanfaatkan untuk mengkaji dan mengerti akan ilmu. Kupelajari tiap gerak, huruf dan yang menyentuh dan yang dalam khayal. Kunyalakan rokok dan kureguk kopi sambil membaca apa yang tersirat di dalam hitam kopi. Kumaknai tiap hitam adalah sesuatu kegelapan dan kegelapan bukan berarti kepekatan abadi tentang kejahatan. Hitam juga bisa memiliki makna yang baik misal segala rahasia tuk mencapai kemerdekaan. Dan aku sadar bahwa sesuatu yang tak bermanfaat bukanlah terjadi di dini hari tapi sesuatu yang tak bermanfaat adalah, berdiri tegak di tengah tebing yang sisinya berjurang dan berteriak-teriak menyebut nama miabi.

Teman-temanku sering sekali, terutama temanku yang bernama Idih Amin, rambut cepak ala satpam, badan kekar nyaris jauh dari aderai, celana pendek bak tentara sebelum kemerdekaan, bibir merah bagaikan dilumuri cat, o dia selalu mengajak untuk berdiri di tebing pada tengah malam dan meneriakan nama Umar Bakrie dan menyanyikan lagu bagimu negeri. Bahkan yang lebih parah ia mengajakku naik gunung sendiri pada tengah malam hanya untuk menanam ganja dan beras.

Memang sewaktu di sekolah dia pernah makan tahi kucing dan ampela mentah juga kulit piton yang masih berdarah. Waktu itu aku langsung mengantarnya ke dokter tapi kata dokter, dia baik-baik saja dan tak perlu diobatin secara serius karena memang tidak ada penyakit yang serius. Ternyata dokter itu asal-asal saja. Pikirannya sekarang agak error dan kuyakin itu ulahnya dulu memakan sesuatu yang kurang bermanfaat itu.

Kalau kalian melihat kawanku, pasti kalian akan selalu memerhatikan dan penuh keinginan untuk mengatakan tentang kegamuman lalu bagi perempuan, perempuan yang menatapnya aku yakin, perempuan itu mengharapkan kawanku itu untuk datang dan menanyakan alamat rumah atau nomer pribadinya. Sudah lima perempuan yang kuteliti dan benar. Kesemua perempuan mengatakan hal yang sama yaitu ketika awal perkenalan mereka mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama tapi setelah jalan bareng ke suatu kafe mereka mengalami inisial J yang pertama.



Gaya yang Suka Mencemooh
Kawanku ini adalah tipe pria yang suka ngegunjing alias ia suka mencemooh orang dan menertawai dan mengajak-ngajak kawannya lagi untuk mengikuti atau sekedar melihat gayanya ketika sedang mencemooh orang lain. Aku sudah berusaha mengingatkna bahwa itu adalah sesuatu yang kurang bermanfaat tapi baginya itu adalah sesuatu yang akan menghadirkan dirinya dalam surga dan aku hanya orang yang tak mungkin bisa untuk merubah segala jenis keanehan yang berkubang dalam tempurung kepalanya dan daki di selah ketiaknya dan selah-selah jari kaki dan tangannya.

Jika sedang istirahat atau makan siang. Lagak kawanku ini selalu setiap baru memasuki ruanganku yang mana lantai di ruanganku berwarna merah jambu dan bergambar kupu-kupu jingga juga anyelir beserta sungai dan capung jarum. Ia sengaja menggesek-gesekkan sepatunya yang penuh debu itu sambil berkata, Hey Montana kau harus tahu apa yang baru saja aku lihat. Jika sudah seperti itu aku langsung menelpon pacarku dan alhamdulilahnya pacarku penuh pengertian. Tak lama setelah kutelpon pasti pacarku datang dan menggandeng tanganku, alhasil pria yang suka mencemooh itu alias pria yang kebanyakan dari dirinya adalah hal yang kurang bermanfaat itu tidak berani lagi mengajakku mengarungi lembah kotor yang ia suka karena ia tahu bahwa pacarku adalah anak si bos, yaitu pacarku adalah anak dari orang yang ingin kawanku cemooh.

Orang yang suku mencemooh orang lain ini memang harus diberi terapi kejut agar dia tak menganggap bahwa hanya dirinyalah yang layak mencemooh. Padahal dirinya itu benar-benar membuat seratus orang ingin menguliti, termasuk pacarku. Tapi aku sebagai kawan yang baik tentu mencegah seratus orang itu. Namun aku menyayangkan pola pikirnya. Temanku justru mengancamku. Tapi aku ya aku. Namaku Montana. Takut dengan ancaman yang kurang Bhineka Tungga Ika semacam itu adalah sesuatu yang kurang bermanfaat, karena sejatinya kawanku yang memiliki sifat mencemooh ini adalah orang yang baik, maka aku masih berteman dengannya dan aku sengaja menutupinya agar ia masih memiliki pekerjaan. Sebab, ia di sini merantau dan aku tahu bahwa ia seperti itu karena menginginkan suatu kebahagiaan yang nyata. Aku paham betul bagaimana isi hatinya. Karena jika ia sedang dalam kewarasan, ia tak henti-henti memandangi foto istri dan anaknya.

Menghadapi Pencemooh
Jika air tuba aku balas dengan air tuba maka yang terjadi adalah hal yang mengerikan dari sesuatu yang kurang bermanfaat menggumpal dan menjadi kekuatan yang tak seimbang untuk kebaikan atau seimbang untuk sesuatu yang bermanfaat. Aliran kebaikan akan kalah bertarung dan kemacetan atau kesembrautan menjadi sumber kehidupan baru. tak bisa kubayangkan bagaimana harus hidup di tengah orang-orang yang kerjanya membunuh, orang-orang yang kerjanya makan tahi kucing.

Aku tak mau seperti itu apalagi aku harus melihat kawan-kawanku juga memakan tahi kucing. Oleh sebab itu, kuperhatikan setiap hari. Gerak-gerik kawanku yang menderita itu selalu kuamati lalu ketika waktu meminta datang, kupintakan agar ia segera bertemu dengan anak dan isrtinya tapi pun ia tetap bekerja di sini. Yang kupinta adalah agar ia mendapat bonus untuk membeli rumah untuk anak dan istrinya, agar mereka menetap di sini.

Perlahan-lahan setelah ia mendapatkan apa yang ia mau, yaitu anak istrinya dan tentu pelukan dan ciuman. Dia tertawa dan setiap pagi selalu menghampiriku dan selalu salam sebagaimana muslim tidak sama sekali tak terucap. Wajahnya berseri-seri. Siapapun yang melihatnya terpesona hingga pertemuan selanjutnya, bahkan kata pacarku, bos kami mulai menyukai kinerjanya karena laporan penjualan dari timnya mengalami peningkatan dan itu mencerahkan riwayatnya sebagai kepala tim.

Aku sangat bersyukur ahkirnya bisa membanggakan kantor. Aku bergabung dengan timnya dan apa yang terjadi, yang terjadi adalah sepuluh proyek kami kerjakan dan hasil dari itu semua memuaskan seluruh pimpinan kantor. Kantor kami memiliki banyak cabang di kota maupun kabupaten. Aku benar-benar tak menyangka jika perubahan perilaku buruk ke yang baik memberikan kejutan yang tak terungkapkan, apalagi ini adalah pengalaman pertama kusebagai pengeja peristiwa. Sungguh, menyanjungku.

2019

Biodata :
Muhammad Alfariezie, lahir di Bandar Lampung, 19 November 1994, Lulusan FTIK  Universitas Teknokrat Indonesia. Saat ini aktif di UKM Teater Sastra TERAS. Selain itu ia juga ikut berproses di Lamban Sastra Isbedy Stiawan ZS, No hape 085381596971
Karya puisinya telah di muat media massa Lampung Post, Budaya Haluan, Majalah Simalaba, Flores Sastra dan dalam antologi bersama yaitu “Semalam Di Pesantren, Aku Pelajari Kemerdekaan, dan Jejak Cinta Di Bumi Raflesia. Buku tunggal yang berjudul PROSA, telah terbit dan dapat di beli di Toko Pedia. Bukalapak. Shope dan Guepedia”

Pernah diundang ke acara Festival Sastra Asia Tenggara Yang bertema jejak Cinta di Bumi Raflesia, yang diadakan di Bengkulu. Pernah diundang pada acara Festival Asia Tenggara yang bertema Hang Tuah, yang diadakan di Gunung Bintan.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dampak Keluarga Besar Flu

Dampak Keluarga Besar Flu Hari ini di kota kita tercinta yang bernama bandar lampung— masih saja dihantui wabah virus yang berasal dari kota wuhan, hubei, tiongkok. Kelompok virus ini dapat menyebabkan penyakit pada burung dan mamalia termasuk manusia. Jika kalian belum mengenal ciri-cirinya— ada beberapa perbedaan pada hewan dan manusia. Contoh pada sapi dan babi ialah menyebabkan diara sedangkan pada unggas yaitu infeksi saluran pernapasan atas. Sedangkan pada manusia yakni berpotensi mengganggu sistem pernapasan sehingga timbul gejala pilek, batuk, demam, hingga kematian.   Tapi tahukah kalian minak muakhi seunyinni— Coronaviridae dan ordo Nidovirales ini telah memberi dampak negatif yang luar biasa. Hal ini dikarenakan tidak sekedar kesehatan tapi juga ekonomi.   Mulai dari pedagang makanan, pekerja seni hingga penyedia jasa pun merakan betul bagaimana magis nafas buruk dari kehadirannya. Lantas— Bagaimanakah kesaksian dari salah satu korban dari keganasan serangan

Puisi Muhammad Alfariezie

Kabar Buruk Angin Tenggara Jernih air sungai mengalir bagai ayun hijau muda dedaun, Seperti pucuk embun merah kekuning-kuningan Ikan-ikan riang berenang, buah-buah tumbuh di sisi-- sementara udin Ribuan duri menusuk-menusuk ususnya Sejak kolonial memerintah, hingga revolusi sampai reformasi, lalu Di era seribu lima ratus enam puluh sarjana hadir tiap tahun Tekhnologi serupa kaligrafi di marmer tuan li jai, dan Politik bagai batu kali sebagai roda penggerak kendaraan 2020

Puisi Muhammad Alfariezie

Bersamamu Seperti metafor yang membuat puisi senantiasa bagaikan dewa, kekasihku Ketika kau tulis rindu di dasar perasaanku             Burung-burung merdu bersahutan,              Dedaun berayun, dan embun              Merah kekuning-kuningan bagai nurani bayi berselimut mega, juitaku Jika kuhitung, maka Temanku lebih dari lima ribu enam ratus tujuh puluh sembilan, tapi Jika di antara mereka, sungguh aku Tidak seramai dan sebahagia ketika berdua denganmu 2020